Paguyuban Lansia Santa Monica: Atas nama “CINTA” timbul “KASIH SETIA”

Delapan puluh delapan tahun yang lalu Maria Magdalena Ridem dilahirkan di Wates, Yogyakarta bertemu dengan Sukirman kelahiran Salatiga 3 Maret 1933 di Tasikmalaya pada tahun 1958. Masing-masing sudah mempunyai seorang putri. Diwaktu itu mereka masih muda cantik dan gagah penuh hasrat bergejolak dan atas dorongan teman-temannya sebagai anggota AURI, Sukirman muda menimbang-nimbang dan atas kasihnya pada sang putri supaya ada yang mengasuh dan mendapatkan kasih seorang ibu, demikian pula dengan pikiran putrinya akan mendapat kasih sayang seorang ayah akhirnya Maria Magdalena Ridem bersedia menikah dengan Sukirman pada tahun 1961.

Karena cintanya pula memutuskannya memeluk agama Katolik dngan nama permandian Andreas Paulus Sukirman yang dibaptis oleh Pastor Blessing pada tahun 1961 juga. Mereka menempuh hidup bersama dalam iman Katolik, mereguk manisnya cinta dan menelan pahitnya hidup berumah tangga yang membuahkan seorang putri pada tahun 1968. Dan sekarang mempunyai cucu sebanyak 8 orang, cucu pertamanya menjadi seorang biarawan: P. Antonius Satriya Nugraha OFM, yang menjadi pastor Yamas keuskupan Agats, Timika, Papua. Sewaktu kecil sang cucu sering digendong dipundaknya dan Bapak Sukirman sering mendongeng tentang Yesus dan mengajarinya berdoa. Saat ini pula mereka sudah mempunyai buyut 9 orang. Mereka tidak menyangka akan diberi umur panjang oleh Gusti Allah Maha Kuasa.

Dalam menjaga dan merawat ibu Maria yang semakin hari karena proses penuaan yang tak dapat dihindari oleh siapapun juga akhirnya menjadi semakin lemah fisiknya dan beberapa waktu lalu terserang stroke sehingga tak dapat beranjak dari tempat tidurnya. Sempat ibu Maria dirawat di RSUD Tasikmalaya beberapa minggu yang lalu. Bapak Sukirman dengan setia menjaga dan merawatnya dengan dibantu kerabatnya yang tinggal di rumahnya. Dalam pengembaraannya selama mendampingi ibu yang menua timbul rasa haru menyelimuti dirinya. Yang pada mulanya beliau tidak didasari rasa cinta sewaktu memutuskan menikah dengan ibu namun karena putrinya memerlukan seorang ibu, demikian pula sebaliknya, hari demi hari tanpa disadari tumbuhlah cintanya pada ibu yang selalu rajin mengasuh anak-anak dan mengurus rumah tangganya. Terlebih pada waktu ibu sudah mulai tidak kuat berjalan apalagi berdiri, bapak Sukirman selalu mengangkatnya, memandikannya, menyuapinya juga mengajaknya bercanda dielus dagunya, ternyata cintanya tumbuh begitu mendalam sehingga terkadang beliau menitikkan air mata teringat ibu semasa mudanya. Saat ini Bapak Sukirman telah memasrahkan segalanya kepada Tuhan, ibu Maria dalam keadaan tidak berdaya tergolek di tempat tidurnya di Gunung Salem.

Hari demi hari berlalu tanpa terasa dilewati oleh bapak Sukirman dengan penuh kesabaran dan ketabahan merawat ibu Ridem. Setiap minggu Bapak masih mengikuti Perayaan Ekaristi dan Ibu mendapatkan komuni kudus yang dihantar oleh Bapak FX Anta. Semakin lama kondisi ibu melemah dan tidak bisa berbicara dan menelan sehingga tidak bisa menerima komuni lagi, bapak tetap tabah walaupun diselimuti rasa cemas dan tetap setia menunggui ibu disisinya sambil memasrahkan diri kepada Tuhan Maha Kasih. Sakramen Perminyakan telah diberikan sejak sewaktu di RSU.

Suatu hari di bulan Oktober 2011 bapak meminta kepada ketua Lingkungan St Yohanes untuk mengadakan Doa Rosario bersama di rumahnya di Gn Salem tepatnya 17 Oktober 2011 yang ternyata merupakan Doa Rosario terakhir yang menghantar Ibu sang kekasih menghadap Sang Khalik pada tanggal 20 Oktober 2011.Bapak bersyukur dapat menemani dan merawat ibu sampai pada akhir hayatnya. Pesan beliau kepada generasi muda bahwa teguhkanlah niatan hidup bersama dan selalu setialah dengan pasangan anda. Semoga Tuhan melimpahkan kasihNya kepada semua orang yang mempunyai cinta dan kasih setia.